Jumat, 31 Maret 2017

bentuk - bentuk terapi dalam 3 mazhab psikologi

Bentuk - Bentuk Terapi dalam 3 Mazhab Psikologi
1. Psikoanalisis
2. Behavioristik
3. Humanistik


1.Terapi Psikoanalisis
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi). Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

Bentuk Terapi Psikologi Psikoanalisis

1.Asosiasi bebas
suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu

2.Penafsiran
suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
* bentuknya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l

3.Analisis Mimpi
Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan

4.Analisis dan Penafsiran Resistensi
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya

5.Analisis & Penafsiran Transferensi
Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi


2.Terapi Behavior
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya

Bentuk Terapi Psikologi Behaviouristik

1.Teknik Modeling
Dalam beberapa hal, teknik modeling digunakan konselor sebagai strategi terapi untuk membantu klien memperoleh respon atau menghilangkan rasa takut. modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi konselor untuk menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Model disini dapat menggunakan model yang sesungguhnya maupun simbolis

2.Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Teknik relaksasi adalah suatu bentuk terapi yang dilakukan konselor untuk menenkankan pada klien tentang bagaimana rileks. Relaksasi ini berguna untuk mencegah dan menyembuhkan gejala-gejala yang berkembang dengan stress, seperti klien mengalami gangguan tidur, sakit kepala, tekanan darah tinggi, kecemasan, asma, peminum berat, hiperaktif, dan kesulitan mengontrol amarah

3.Teknik Desensitisasi Sistematis
Pada umumnya, penggunaan desensitisasi sistematis dibenarkan jika klien mempunyai kemampuan atau keterampilan menangani situasi atau perfomansi atau kegiatan tetapi menghindari situasi tetapi kurang memadai karena klien merasa cemas. Desensitisasi merupakan pendekatan yang dilakukankonselor untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, rileks dan membayangkan sesuatu agar klien dapat mengurangi ketakutan atau ketegangan dalam suasana tertentu

3.Terapi Humanistik
Abraham Maslov (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi psikoanalisis dan behavioristik, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia.

Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy

Bentuk terapi Psikologi Humanistik

1.Client-Centered Therapy
Carl Rogers mengasumsikan bahwa agar suatu perkembangan terapeutik dapat terjadi, beberapa kondisi berikut dianggap perlu dan memadai.
a. Klien yang cemas atau rentan harus bertemu dengan terapis yang kongruen, yang juga memiliki empati, dan penerimaan yang positif yang tidak bersyarat kepada klien.
b. Kemudian klien tersebut harus melihat karakteristik tersebut dari terapisnya.
c. Pertemuan antara klien dan terapis harus mempunyai durasi tertentu.
Terapi ini bependapat bahwa jika kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat, dan mendengarkan secara empati dari terapi tersedia dengan baik dalam hubungan klien – konselor, maka proses terapi dapat terjadi. Jika proses terjadi, maka beberapa hasil dapat diprediksikan. Oleh karena itu, terapi rogers dapat dilihat dalam hal kondisi, proses, dan hasil.

2.Terapi Eksistensial-Humanistik
Terapi eksistensial dikembangkan oleh Rollo May, ia mengabaikan pandangan mekanis dari freudian dan melihat manusia dilahirkan untuk mencari sebuah arti. Eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia. Berikut konsep-konsep utama dari pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek terapeutik :
a.Kesadaran diri
b.Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
c.Penciptaan makna

3.Logoterapi
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Kata logoterapi berasal dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris “theraphy” yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata “logoterapi” artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup (Budiraharjo, 1997). Logoterapi bertugas membantu pasien menemukan makna hidup. Artinya, logoterapi membuat si pasien sadar tentang adanya logo tersembunyi dalam hidupnya (Frankl, 2004).

4.Terapi Gestalt
Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu–individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan–sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui. Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu - individu mampu menangani sendiri masalah - masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang


Daftar Pustaka
1. Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
2. Feist. J,& Feist.G.J. (2014). Teori Kepribadian buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
3. Trull.T.J, & Prinstein.M.J. (2013). Clinical Psychology Eight Edition. US: Wadsworth Cengage Learning.
4. Suryabrata, S. (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.