Behaviour Therapy
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior
modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori
Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi
seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang
didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan.
Salah satu Bentuk Terapi Perilaku adalah Exposure Therapy
·
Pengertian
Terapi ekposur adalah terapi
dengan memaksimalkan kecemasan atau ketakutan konseli (Corey,2005; Lynn
and Garske, 1985). Dua variasi dari terapi ini adalah in vivo dan flooding.
1. In
Vivo
Pada terapi ini klien tidak
disuruh untuk membayangkan situasi yang ditakutinya atau yang membangkitkan
kecemasannya, tetapi klien dihadapkan langsung pada situasi itu. Terapis dan
klien membuat hirarki kecemasan untuk melihat tingkat kecemasan yang dialami
klien. Setelah pembuatan hirarki ini klien dihadapkan pada pemaparan penyebab
itu. Klien dapat menghentikan pemaparan jika ia mengalami tingkat kecemasan
yang tinggi.
Seperti halnya dengan
desensitisasi sistematis, klien belajar tanggapan bersaing melibatkan relaksasi
otot. Dalam beberapa kasus terapis dapat menemani klien saat mereka menghadapi
situasi ditakuti. Sebagai contoh, terapis bisa pergi dengan klien dalam lift
jika mereka memiliki fobia menggunakan lift.
2. Flooding
Dalam vivo flooding
terdiri dari paparan intens dan berkepanjangan terhadap rancangan kecemasan
yang sebenarnya. Umumnya, klien yang sangat ketakutkan cenderung mengekang
kecemasan mereka melalui penggunaan perilaku maladaptif. Dalam flooding, klien
dilarang untuk berkecimpung dalam respon mereka yang biasa maladaptive ketika
dalam situasi kecemasan. Vivo flooding
cenderung mengurangi kecemasan dengan cepat.
Teknik ini didasarkan pada
prinsip-prinsip dan mengikuti prosedur yang sama namun paparan terjadi dalam
imajinasi klien bukan di kehidupan sehari-hari. Paparan terhadap peristiwa
traumatis yang sebenarnya seperti kecelakaan pesawat, pemerkosaan, kebakaran,
banjir, sering tidak mungkin dilakukan karena alasan etis dan praktis.
Banjir imaginal dapat menciptakan kembali keadaan trauma dengan cara yang tidak
membawa konsekuensi yang merugikan bagi klien.
Flooding sering
digunakan dalam pengobatan perilaku kecemasan yang berhubungan dengan gangguan,
fobia, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, dan agoraphobia.
Kontak yang terlalu lama dan intens dapat menjadi cara yang efektif dan efisien
untuk mengurangi kecemasan klien. Penelitian menunjukkan bahwa terapi paparan
dapat mengurangi derajat rasa takut dan kecemasan (Tryon, 2005).
Tujuan
Terapi eksposur dirancang untuk menangani
ketakutan dan respon emosi negatif lainnya dengan memperkenalkan pada klien, di
bawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati, situasi yang dapat memberikan
kontribusi terhadap masalah tersebut.
Langkah-langkah
Tahapan In Vivo
Desensitization terdapat tiga tahap, yaitu:
·
1. Relaksasi
Pelatihan
relaksasi merupakan strategi yang digunakan untuk menurunkan autonomic arousal
yang merupakan komponen dari rasa takut dan cemas. Ketika anak merasa takut
atau cemas, respon fisiologis yang muncul adalah ketegangan pada otot, detak
jantung yang cepat, berkeringat dingin, atau nafas yang tersengal-sengal.
Simtom-simtom tersebut merupakan bagian dari autonomic arousal
yang muncul ketika anak menghadapi stimulus yang ditakuti. Dengan menggunakan
prosedur relaksasi, anak melakukan aktivitas yang berfungsi berlawanan dengan autonomic arousal
seperti menurunkan ketegangan otot, menghangatkan tangan, bernafas dengan
pelan, dan lain-lain.
Ketika anak
melakukan prosedur aktivitas yang berlawanan dengan respon otonomi tubuh, maka
ketakutan akan berkurang. Salah satu prosedur relaksasi yang banyak digunakan
adalah diaphragmatic
breathing (Davis, Eshelman, & McKay, dalam Miltenberger, 2008). Diaphragmatic
Breathing Diaphragmatic breathing atau deep breathing atau
relaxed breathing
merupakan teknik relaksasi dimana anak bernafas panjang dalam ritme yang lambat
dan teratur. Setiap kali bernafas anak menggunakan otot diagfragma untuk
menghirup oksigen ke dalam paru-paru. Pola pernafasan tersebut dilakukan untuk
menggantikan pernafasan pendek dan tersengal yang muncul secara automatic ketika
seseorang merasa takut atau cemas.
Untuk
mempelajari diaphragmatic
breathing, anak duduk dalam posisi yang nyaman sambil meletakkan tangan di
perut yang merupakan lokasi otot diafragma, menutup mata, kemudian menarik
nafas dengan lambat sekitar 3-5 detik. Pada saat menarik nafas, anak merasakan
pergerakan diagfragma dan memfokuskan diri pada sensasi fisik yang ia rasakan.
Hal tersebut juga berguna agar perhatian anak teralih dari stimulus yang
membuatnya tidak nyaman.
·
2. Hierarki
Stimulus
yang ditakuti setelah anak mempelajari dan menguasai prosedur relaksasi,
terapis dan anak menyusun hirarki stimulus yang menimbulkan ketakutan pada
anak. Pertama anak diminta untuk menuliskan berbagai stimulus yang ia takuti di
sekolah. Setelah itu anak memberi rating kecemasan
yang bernilai 0-100 pada masingmasing stimulus. Dari daftar stimulus tersebut
lalu, terapis menyusun stimulus mulai dari yang menimbulkan rasa takut paling
rendah sampai dengan yang paling tinggi.
·
3. Exposure
Setelah
hierarki stimulus yang ditakuti tersusun, secara bertahap anak mulai dihadapkan
langsung dengan stimulus-stimulus tersebut sambil menerapkan teknik relaksasi
yang telah dipelajari. Pada sesi awal, stimulus yang dihadapkan pada anak
adalah menimbulkan ketakutan paling rendah. Setelah anak merasa nyaman dan
tingkat ketakutannya berkurang, ia akan dihadapkan pada stimulus yang lebih
sulit. Demikian seterusnya sampai akhirnya anak dihadapkan pada stimulus yang
paling ditakuti.
Kasus:
Seorang pria dewasa yang phobia
dengan anjing pitbull karena pernah mengalami pengalaman buruk saat ia berumur
5 tahun tetangganya diserang oleh seorang anjing pitbull, lalu ia datang kepada
seorang terapis untuk menyembuhkan phobianya dengan terapi exposure. dengan
mendekatkan anak anjing pitbull kepada pria dewasa dengan ditemani therapis,
pria dewasa tersebut sempat memaki dan ingin pergi dari tempat ia ditempatkan,
namun sang therapis meyakinkannya untuk bisa bertahan demi anak anak dan
istrinya, dan tidak bisa pergi sebelum menghadapinya, therapis juga meyakinkan
pria dewasa tidak akan terjadi sesuatu yang buruk saat dengan anjing pitbull
itu mendekat, akhirnya pria dewasa mengikuti saran therapisnya dan memegang
anak anjing tersebut, saat memegang ia sempat berteriak dan menangis karena
ketakutan karena ia merasa kembali ke rasa tidak nyaman dan sakit yang
dirasakan
- http://ilmuhackers.blogspot.co.id/2015/04/makalah-terapi-behavior.html
- http://muzmuliadin.blogspot.co.id/2011/11/terapi-behavior.html
- http://ururureaoka.blogspot.co.id/2011/10/behavior-therapy.html
- Rosjidan. (1988). Pengantar teori-teori konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI.
- Surya, M. (1988). Dasar-dasar konseling pendidikan (teori & konsep). Yogyakarta: Kota Kembang.
- Trull, T. J. (2005). Clinical psychology (7th edition). Belmont CA : Thomson Wadsworth.