Jumat, 14 Juli 2017

Peran Psikoterapi

Peran Psikoterapi dalam kehidupan Masyarakat

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.

Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
  1. Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
  2. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
  3. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.

Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:
  • Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
  • Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
  • Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
  • Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
  • Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
  • Mengembangkan potensi klien.
  • Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
  • Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
  • Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
  • Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
  • Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
  • Membantu penyembuhan penyakit fisik.
  • Meningkatkan kesadaran diri.
  • Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
  • Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan-anggapan yang kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan kurang wawasan ilmiahnya.

Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat mistik. Klien psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.

Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya).  Justru psikoterapi  hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan pikirannya. Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Ada banyak metode psikoterapi yang bisa diterapkan, diantaranya adalah Psychoanalysis, Gestalt Therapy, Cognitive Behavioural Therapy, Behaviour Therapy, Body-Oriented Psychotherapy, Expressive Therapy, Interpersonal Psychotherapy, Narrative Therapy, Conditioning, Mental Imagery, Neurolinguistic Programming, Laughter Therapy, Self Programming, Spiritual Therapy, Transpersonal Psychotherapy, Relaxation Therapy, Forgiveness Therapy, Trance Psychotherapy,  Neurofeedback dan masih banyak lagi. Psikoterapis yang memahami masalah Anda akan memberikan metode terapi yang paling tepat bagi Anda

Daftar Pustaka
http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi-,6

Selasa, 11 Juli 2017

Terapi behaviour Exposure

Behaviour Therapy

Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Salah satu Bentuk Terapi Perilaku adalah Exposure Therapy
·         Pengertian
Terapi ekposur adalah terapi dengan memaksimalkan kecemasan atau ketakutan konseli (Corey,2005; Lynn  and Garske, 1985). Dua variasi dari terapi ini adalah in vivo dan flooding.
1.      In Vivo
Pada terapi ini klien tidak disuruh untuk membayangkan situasi yang ditakutinya atau yang membangkitkan kecemasannya, tetapi klien dihadapkan langsung pada situasi itu. Terapis dan klien membuat hirarki kecemasan untuk melihat tingkat kecemasan yang dialami klien. Setelah pembuatan hirarki ini klien dihadapkan pada pemaparan penyebab itu. Klien dapat menghentikan pemaparan jika ia mengalami tingkat kecemasan yang tinggi.
Seperti halnya dengan desensitisasi sistematis, klien belajar tanggapan bersaing melibatkan relaksasi otot. Dalam beberapa kasus terapis dapat menemani klien saat mereka menghadapi situasi ditakuti. Sebagai contoh, terapis bisa pergi dengan klien dalam lift jika mereka memiliki fobia menggunakan lift.
2.      Flooding
Dalam vivo flooding terdiri dari paparan intens dan berkepanjangan terhadap rancangan kecemasan yang sebenarnya. Umumnya, klien yang sangat ketakutkan cenderung mengekang kecemasan mereka melalui penggunaan perilaku maladaptif. Dalam flooding, klien dilarang untuk berkecimpung dalam respon mereka yang biasa maladaptive ketika dalam situasi kecemasan. Vivo flooding cenderung mengurangi kecemasan dengan cepat.
Teknik ini didasarkan pada prinsip-prinsip dan mengikuti prosedur yang sama namun paparan terjadi dalam imajinasi klien bukan di kehidupan sehari-hari. Paparan terhadap peristiwa traumatis yang sebenarnya seperti kecelakaan pesawat, pemerkosaan, kebakaran, banjir,  sering tidak mungkin dilakukan karena alasan etis dan praktis. Banjir imaginal dapat menciptakan kembali keadaan trauma dengan cara yang tidak membawa konsekuensi yang merugikan bagi klien.
Flooding sering digunakan dalam pengobatan perilaku kecemasan yang berhubungan dengan gangguan, fobia, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, dan agoraphobia. Kontak yang terlalu lama dan intens dapat menjadi cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi kecemasan klien. Penelitian menunjukkan bahwa terapi paparan dapat mengurangi derajat rasa takut dan kecemasan (Tryon, 2005).

 Tujuan
Terapi eksposur dirancang untuk menangani ketakutan dan respon emosi negatif lainnya dengan memperkenalkan pada klien, di bawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati, situasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap masalah tersebut.

Langkah-langkah
Tahapan In Vivo Desensitization terdapat tiga tahap, yaitu:
·         1. Relaksasi
Pelatihan relaksasi merupakan strategi yang digunakan untuk menurunkan autonomic arousal yang merupakan komponen dari rasa takut dan cemas. Ketika anak merasa takut atau cemas, respon fisiologis yang muncul adalah ketegangan pada otot, detak jantung yang cepat, berkeringat dingin, atau nafas yang tersengal-sengal. Simtom-simtom tersebut merupakan bagian dari autonomic arousal yang muncul ketika anak menghadapi stimulus yang ditakuti. Dengan menggunakan prosedur relaksasi, anak melakukan aktivitas yang berfungsi berlawanan dengan autonomic arousal seperti menurunkan ketegangan otot, menghangatkan tangan, bernafas dengan  pelan, dan lain-lain.
Ketika anak melakukan prosedur aktivitas yang berlawanan dengan respon otonomi tubuh, maka ketakutan akan berkurang. Salah satu prosedur relaksasi yang banyak digunakan adalah diaphragmatic breathing (Davis, Eshelman, & McKay, dalam Miltenberger, 2008). Diaphragmatic Breathing Diaphragmatic breathing atau deep breathing atau relaxed breathing merupakan teknik relaksasi dimana anak bernafas panjang dalam ritme yang lambat dan teratur. Setiap kali bernafas anak menggunakan otot diagfragma untuk menghirup oksigen ke dalam paru-paru. Pola pernafasan tersebut dilakukan untuk menggantikan pernafasan pendek dan tersengal yang muncul secara automatic ketika seseorang merasa takut atau cemas.
Untuk mempelajari diaphragmatic breathing, anak duduk dalam posisi yang nyaman sambil meletakkan tangan di perut yang merupakan lokasi otot diafragma, menutup mata, kemudian menarik nafas dengan lambat sekitar 3-5 detik. Pada saat menarik nafas, anak merasakan pergerakan diagfragma dan memfokuskan diri pada sensasi fisik yang ia rasakan. Hal tersebut juga berguna agar perhatian anak teralih dari stimulus yang membuatnya tidak nyaman. 

·         2. Hierarki
Stimulus yang ditakuti setelah anak mempelajari dan menguasai prosedur relaksasi, terapis dan anak menyusun hirarki stimulus yang menimbulkan ketakutan pada anak. Pertama anak diminta untuk menuliskan berbagai stimulus yang ia takuti di sekolah. Setelah itu anak memberi rating kecemasan yang bernilai 0-100 pada masingmasing stimulus. Dari daftar stimulus tersebut lalu, terapis menyusun stimulus mulai dari yang menimbulkan rasa takut paling rendah sampai dengan yang paling tinggi. 

·         3. Exposure
Setelah hierarki stimulus yang ditakuti tersusun, secara bertahap anak mulai dihadapkan langsung dengan stimulus-stimulus tersebut sambil menerapkan teknik relaksasi yang telah dipelajari. Pada sesi awal, stimulus yang dihadapkan pada anak adalah menimbulkan ketakutan paling rendah. Setelah anak merasa nyaman dan tingkat ketakutannya berkurang, ia akan dihadapkan pada stimulus yang lebih sulit. Demikian seterusnya sampai akhirnya anak dihadapkan pada stimulus yang paling ditakuti.


Kasus:
Seorang pria dewasa yang phobia dengan anjing pitbull karena pernah mengalami pengalaman buruk saat ia berumur 5 tahun tetangganya diserang oleh seorang anjing pitbull, lalu ia datang kepada seorang terapis untuk menyembuhkan phobianya dengan terapi exposure. dengan mendekatkan anak anjing pitbull kepada pria dewasa dengan ditemani therapis, pria dewasa tersebut sempat memaki dan ingin pergi dari tempat ia ditempatkan, namun sang therapis meyakinkannya untuk bisa bertahan demi anak anak dan istrinya, dan tidak bisa pergi sebelum menghadapinya, therapis juga meyakinkan pria dewasa tidak akan terjadi sesuatu yang buruk saat dengan anjing pitbull itu mendekat, akhirnya pria dewasa mengikuti saran therapisnya dan memegang anak anjing tersebut, saat memegang ia sempat berteriak dan menangis karena ketakutan karena ia merasa kembali ke rasa tidak nyaman dan sakit yang dirasakan





  • http://ilmuhackers.blogspot.co.id/2015/04/makalah-terapi-behavior.html
  • http://muzmuliadin.blogspot.co.id/2011/11/terapi-behavior.html 
  • http://ururureaoka.blogspot.co.id/2011/10/behavior-therapy.html 
  • Rosjidan. (1988). Pengantar teori-teori konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI. 
  • Surya, M. (1988). Dasar-dasar konseling pendidikan (teori & konsep). Yogyakarta: Kota Kembang. 
  • Trull, T. J. (2005). Clinical psychology (7th edition). Belmont CA : Thomson Wadsworth.